Believe in yourself.

Senin, 06 Februari 2017

Jakarta, Kota Pintar

Jakarta, kota metropolitan dengan penduduk yang heterogen. Dengan mereka yang menetap serta para imigran yang selalu memadati setiap sudut kota. Dengan berbagai kegiatan dari mulai bekerja sampai berwisata, sebagai kota yang selalu ramai Jakarta harus menjadi kota yang nyaman bagi warganya.

Saya pernah berkunjung ke Balai Kota Jakarta dan melihat sendiri bagaimana pemerintah serta orang-orang yang perduli terhadap Jakarta dan warganya ini berusaha membuat Jakarta menjadi kota yang nyaman dan teratur. Salah satu solusinya adalah Jakarta Smart City, kantornya berada di lantai dua gedung Balai Kota Jakarta. Setelah berbincang dengan salah seorang pengelola Jakarta Smart City, Ia berkata bahwa Jakarta yang luas dan orang yang banyak tidak akan teratasi dengan baik bila kita tidak pintar dalam mengolah informasi dan membuat data.
Konsep smart city di Jakarta dibuat berdasarkan 6 pilar: Smart Governance, Smart People, Smart Living, Smart Mobility, Smart Economy, dan Smart Environment. Smart city harus bermanfaat untuk seluruh masyarakat sehingga mereka bisa mendapatkan hidup yang lebih baik. Dengan smart city, data disajikan dengan lebih transparan.
Selain itu, smart city meningkatkan partisipasi warga seperti membuat data, aplikasi, memberikan masukan, dan memberikan kritikan. Sehingga kota ini menjadi kota yang pintar karena melibatkan warganya, melibatkan pemerintahnya, kekuasaannya, uangnya, dan ruangannya untuk menjadikan semua kehidupan lebih baik.
Jakarta Smart City hadir untuk membantu pemerintah menangani keluhan warga yang ada di Jakarta. Salah satu contohnya terdapat dalam pilar Smart People yang di fasilitasi dengan aplikasi Qlue. Seseorang bisa melaporkan apa yang terjadi disekitar nya melalui aplikasi Qlue yang merupakan bagian dari program Jakarta Smart City, jika laporan sudah diterima maka pihak pengelola akan menghubungi dinas yang berhubungan dengan masalah tersebut. Dan masalah akan diselesaikan paling lambat 3 hari setelah laporan diterima.

Sebagai contoh ada sebuah lubang di jalan, kita bisa memfotonya dan menguploadnya di aplikasi Qlue dengan mencantumkan informasi tempat, letak serta sudah berapa lama hal itu bermasalah. Laporan yang telah diterima akan memasuki beberapa tahapan. Yang pertama  jika itu masalah darurat akan langsung diberi tindakan. Kedua, jika itu memerlukan penanganan khusus oleh dinas yang bersangkutan maka akan di proses dan ditinjau progress nya hingga masalah itu selesai. Pihak pengelola selalu berusaha memberikan layanan terbaik, dan berharap seluruh warga Jakarta dapat ikut berpartisipasi dengan ikut melaporkan masalah demi masalah yang ada di masyarakat.


- Umiyati -

Sabtu, 21 Januari 2017

Saya

Hai.

Dini hari ini langit gelap.

Itu catatan cuaca saya hari ini, setelah membaca biografi John Dalton yang selalu menulis catatan cuaca setiap hari selama hidupnya, dan mengembangkan catatan tersebut menjadi sebuah gagasan atau teori, contohnya seperti John Dalton menemukan gagasan mengenai terbentuknya embun dan sebagainya. Perilaku sepele John Dalton ini membuat saya berfikir, hal kecil seperti apapun pasti ada makna dibaliknya,

Dan pastinya, hal besar akan lebih memiliki makna. Fakta bahwa selama tahun 2016 banyak cobaan dan ujian yang diberikan kepada saya telah membuahkan hasil yang positif dengan membuat saya lebih harus berhati-hati dalam menyampaikan gagasan, komentar, pendapat dan lainnya. Pengalaman hidup mandiri yang tiba-tiba itu, semakin membuat saya bersyukur. Pengontrolan emosi, pemilihan sikap dan tingkah laku saya dirumah serta disekolah selalu dalam pemikiran yang matang. Yang sebelumnya gegabah terhadap apapun, sekarang selalu berthati-hati. Beberapa hal negatif juga menghampiri kepribadian saya. Dahulu, saya tersenyum tanpa beban apapun, memotivasi diri agar bahagia, berbagi cerita dengan teman, membicarakan hal yang tidak perlu, melakukan hal yang tidak bermanfaat dan sebagainya. Namun sekarang, entah mengapa ini berimbas, saya susah tersenyum dengan ikhlas, saya akui itu. Memotivasi diri dengan berbagai kata, berbagai biografi tapi diri ini seperti tidak menerima bahkan menolak kata-kata itu.  Berbagi ceritapun tak seluas dulu, banyak dinding yang saya ciptakan, banyak pembatas antara saya dengan teman-teman saya. Berbicarapun mungkin hanya saat dibutuhkan, saya memilih bungkam pada saatnya. Saya tau, ini tidak sepenuhnya dimengerti orang yang membaca, karena saya menulis untuk menumpahkan apa yang saya sulit ungkapkan, tulisan saya adalah apa yang ingin saya tulis.

Saya, Umiyati. Anak kedua yang berbeda dengan saudaranya, maaf.