Believe in yourself.

Kamis, 17 Maret 2016

Untitle

"Hai, aku Asya. Ini tulisan pertamaku di buku agenda ke 16. Ya! Aku memang suka menulis catatan. Tunggu. Tolong jangan sebut diary, karena isi nya nggak se-lebay itu kok =D hehe.. Seperti semua tulisan pertama di buku agenda ku, dihalaman ini aku akan menceritakan siapa aku, apa saja yang aku lakukan, dan kenapa aku melakukannya. Perlu kau tahu, semua yang aku lakukan dalam keseharianku itu atas dasar kemauanku sendiri kok.

Jadi, aku Asya . Mahasiswi fakultas Ilmu Komunikasi jurusan Jurnalistik di salah satu Universitas di Jakarta, nah kenapa jurnalistik? Karena pada dasarnya aku suka berinteraksi, aku suka berteman, aku suka berbicara. Dan alhamdulillah aku sekarang semester 5 lebih cepat 2 semester dari teman seumuranku yang lain, karena aku selalu mengejar sks-ku Dan selalu ingin cepat selesai berkuliah, targetku satu tahun lagi aku lulus. Selain kuliah kegiatan ku yang lain adalah menulis blog tentang siapa saja yang kutemui saat itu, misalnya seperti minggu kemarin aku bertemu bapak satpam salah satu komplek elite dan aku mewawancarainya, aku bertanya apa saja syarat untuk masuk ke komplek tersebut, setelah aku rapihkan catatannya aku posting ke blog-ku. Atau saat aku pergi ke pasar dan bertanya harga bahan pokok sekarang. Aku senang sekali melakukan hal-hal itu sendirian, karena dengan begitu aku bisa fokus. Yang aku bawa ketika wawancara biasanya hanya buku pulpen dan kamera, simple kan?. Selain menukis blog aku juga suka memotret, aku suka memotret apa saja, apa pun yang aku temukan. Walau hasilnya tidak sebagus fotografer hehehe...

Oh iya, aku lupa memberitahumu  tentang tempat tinggalku. Aku tinggal di daerah Melawai bersama abangku yang bekerja menjadi koki di salah satu hotel di Jakarta Pusat. Jujur aku sendiri belum pernah mencicipi masakan abang yang wah, karena kalau dirumah abang hanya sekedar masak tumis kangkung, nasi goreng, yaaahh yang mudah mudah saja. Abang itu orang yang baik sekali, dia selalu mengayomiku, bahkan selalu rela melakukan apa saja untukku. karena alasan itulah aku memilih menetap di Jakarta bersama abang, dan tidak ikut ayah ibu yang pindah ke jogja. Bukan berarti ayah sama ibu ngga baik loh, tapi aku memang dekat sekali dengan abang, seperti saudara sendiri (memang saudara sih)  hahahaha...
Apa lagi ya, yang mau aku ceritakan. Sepertinya cukup ya,
Lain kali aku akan menulis lagi,
Sampai jumpa."

*****

Asya menutup buku itu dan meletakkan pulpennya ditempat semula. Baru saja Asya menaruh pulpen, tiba-tiba Handphonenya berdering. Asya segera mengambilnya dan langsung saja menaruhnya ditelinga, tanpa melihat siapa yang menelpon.
"Halo" kata Asya sambil mengira, siapa yang menelpon nya.
"Ah, Asya lama sekali mengangkatnya" baru mendengarnya saja, Asya sudah tahu kalau ini abangnya.
"Maaf, tadi hp nya ada di tas. Ada apa abang menelpon?"
"Kamu nanti jadi menginap dirumah Sisil sya?"
"Kayanya jadi bang, kenapa?"
"Abang lupa bawa kunci rumah, bisa tolong kamu antar ke resto ngga?"
"Ya ampuunnn, abang nih ya emang selalu aja lupa. Yaudah nanti aku sekalian berangkat kuliah ya"
"hehehe maaf sya, abang tadi buru-buru. Yaudah ya abang lanjut kerja lagi"
"Iya bang, daah"

Asya menutup telfon nya dan mulai siap-siap untuk berangkat kuliah. Karena jadwal kuliahnya masih 3 jam lagi, Asya masih santai-santai saja. Bahkan dia masih sempat memoleskan cat kuku berwarna marun pada sepuluh jarinya.
Sekarang sudah jam 10.30 dua setengah jam lagi kuliahnya baru dimulai, dari pada menunggu sampai bosan lebih baik ia jalan sekarang dan siapa tau bisa mendapat inspirasi untuk tulisan di blog nya.

"Buku-buku sudah, tugas Bu Rima sudah, bekal pakaian sudah, kamera sudah, hp sudah, powerbank sudah......." Asya terus menggumamkan barang bawaan nya, yang akan dibawa kuliah dan lanjut untuk menginap di rumah Sisil.
"Oh iya, kunci abang! Hampir aja kelupaan, kalau sampai lupa abang ngga akan bisa masuk rumah nih hahaha"
Dengan earphone yang sudah menempel ditelinganya, Asya berjalan riang menuju halte busway yang tidak jauh dari rumahnya, ia hanya perlu naik angkot sekali dan sampai di halte. Sekitar 20 menit kemudian, Asya sudah sampai di hotel tempat abangnya bekerja, saat ingin naik lift tiba-tiba saja hp nya jatuh. Ya jatuh. Betapa menyebalkannya. Tanpa sadar Asya mendengus, namun orang yang barusan  menabraknya itu bergeming. Tidak meminta maaf, orang itu memang membantunya mengambil hp, tapi setidaknya ia meminta maaf. Tapi apa ini? Hanya diam?. Asya terus saja mengutuk orang yang menabraknya tadi dalam hatinya.

Ting.

Ia sampai di resto, yang terletak di lantai atas gedung hotel. Pemandangan disini sangat bagus.
"Hmm pantas saja abang betah banget kerja disini, wong yang diliat--"
"Hayo yang diliat apa?" Tanpa Asya sadari, tiba-tiba abang sudah ada disamping Asya.
"Ini loohh pemandangannya bang, ah iya ini nih kuncinya.. Makanya lain kali dibawa terus, kan aku ngga selalu ada dirumah bang. Udah aku duplikatin, bukannya dibawa" Omel Asya geram.
"Iya Asyaaaaaaa.. Abang kalungin deh nih kuncinya biar ngga ketinggalan mulu"
"Yeh ngga gitu juga abaanggg" Asya mendorong abangnya karena sebal, tanpa sengaja tangan yang sehabis mendorong abangnya itu mengenai tangan seseorang, dan handphonenya jatuh.
"Duuhh sorry sorry sorry, ngga sengaja." ucap Asya seraya mengambil handphone orang itu. Saat memberikannya, Asya terkaget.
"Dia bukannya yang tadi, yes impas." Gumam Asya tanpa ia sadari. Orang itu hanya diam, dan berlalu.
"Gila. Ngga bilang makasih apa kek gitu" ucap Asya sebal.
Abang yang heran dengan sikap Asya bertanya. "Kenapa sya?"
"Itu tuh, orang itu tadi nabrak aku di bawah. Dia ngga bilang maaf! Ini sekarang aku yang nabrak, udah di ambilin juga hpnya tapi ngga bilang makasih!! nyebelin." jawab Asya menggebu-gebu.
"Ssttt! Biasa aja sya, asal kamu tau yaa dia itu pelanggan tetap disini. Baiikk banget, suka kasih tip hahaha, apalagi dia paling suka kepiting masakan abang" Jelas abang tanpa disuruh.
"Iya iya terserah abang. Eh iya aku mau caramel macchiato dong bang" Asya berlalu mengambil posisi duduk di salah satu kursi dekat air mancur. Abang mendekati Asya yang sudah duduk "Loh kamu ngga kuliah?"
"Kuliah lah bang, cuma masih 2 jam-an lagi. Mau santai disini dulu deh,  kayanya asik" Mata Asya terus memandang ke sekitar, tidak ada satu sudutpun yang tidak ia kagumi. Tempat ini sangat keren.
"udaahh sana abang balik kerja aja, jangan lupa caramel macchiato aku hehehe. Aku bayar sendiri kok bang tenang aja" Asya mendorong abangnya itu sampai pintu dapur, dan balik lagi ke kursinya tadi. Dari situ Asya bisa melihat gedung kampusnya. Tempat yang cocok kalo mau ngilangin bete karena seharian ngampus, pikir Asya begitu.
Tak lama caramel macchiato-nya datang. Setelah berterimakasih kepada pelayan, Asya tak lupa memotret kopi kesayangannya itu. Tiba-tiba Asya dapat ide "Nah gimana kalo aku bikin tulisan tentang restoran di atas hotel ini. Pasti keren!"
Satu jam sudah Asya berkeliling restoran dan memotret, mewawancarai pegawai, dan bertanya pada konsumen. Setelah selesai, Asya pamit pada abang dan berangkat ke kampus. Saat di bus ia melamun dan berfikir.
"Perasaan tadi, pas lagi di resto kaya ada yang merhatiin deh tapi siapa........."

Langit siang hujan. Asya bingung. Di dalam bus dingin. Lengkap.

Kamis, 14 Januari 2016

Catatan, 4 januari 2016

Kenyamanan.

Sulit mengartikan kata itu.
Tahu, kenapa merry riana bisa sukses? Awal kesuksesannya berawal dari ketidak nyamanan dia. Semua orang selalu mengeluh. Aku ingin nyaman. Aku ingin nyaman. Memangnya nyaman menginginkanmu?
Sulit, menjalani hidup yang baru 16 tahun ini dengan perasaan yang tidak bisa dijelaskan (tidak nyaman). Namun perlu kamu tahu, perlu aku tahu. Bahwa kenyamanan tercipta saat kita relax, relax santai bawa enjoy. Mudah ya mengatakan yang seperti itu 😂 But you know? Saya sendiri sulit menumbuhkan rasa enjoy, relax, santai.. seperti yang saya bilang barusan. Keadaan yang selalu membuat saya percaya bahwa di masa depan saya harus sukses, saya pasti sukses, saya akan sukses! Segunung kegiatan yang saya ambil, hanya semata-mata mencari. Saya mencari titik kenyamanan yang mungkin bisa saya dapat untuk sedikit penyemangat, tapi mohon maaf saya masih gagal mencari. Yang saya dapat hanya rasa semakin tidak ingin ada disini, rasa yang seharusnya tidak boleh ada, dan tak akan ada. Kau tahu? Sulit jika rasa itu lebih kuat dari rasa percaya saya pada kesuksesan.
Selama ini. Kegiatan ini. Saya capek. Saya ingin sekali istirahat cukup. Saya ingin sekali bisa serius belajar dengan tenang, tanpa beban. Tapi, keegoisan mencari alternatif kenyamanan itu yang membuat saya dengan segudang kegiatan saya terasa hanya main main. Saya ingin normal. Tanpa merasa lain. Saya ingin sama, seperti yang lain.
Cukup mengeluhnya.
Mengeluh hanya untuk yang tidak percaya diri. Aku percaya pada diri sendiri, bahwa aku bisa!

Think positive.